Bireuen – 1fakta.com
Warga segel jalan akses utama menuju perusahaan kelapa sawit PT Blang Keutumba di Kecamatan Juli, Bireuen, Aceh. Tuntut Retribusi dan Plasma. Rabu (19/11) nyaris lumpuh.
Puluhan warga Gampong Suka Tani bersama aparatur gampong memasang kawat berduri dan menutup penuh jalan, menghentikan seluruh mobil pengangkut sawit yang hendak keluar dari areal perusahaan.
Aksi ini merupakan buntut kekecewaan warga setelah kesepakatan mediasi pada Selasa (18/11) sore gagal dipenuhi pihak perusahaan. Mediasi—yang turut melibatkan Polsek Juli, perwakilan perusahaan, dan tokoh masyarakat—menyimpulkan bahwa perusahaan harus menghentikan aktivitas sampai owner perusahaan, H. Subarni atau putranya, hadir langsung menemui aparatur gampong.
“Sudah dijanjikan kemarin, tapi sampai pagi tak seorang pun muncul. Masyarakat merasa dikhianati, makanya jalan kami tutup,” kata Jasman, anggota Tuha Peut.
Negosiasi Mandek
Upaya pendekatan yang dilakukan aparat Polres Bireuen tidak membuahkan hasil. Warga tetap pada keputusan awal: jalan tidak akan dibuka sebelum pimpinan perusahaan hadir di kantor keuchik.
Situasi sempat memanas ketika beberapa anggota Reskrim mencoba melobi warga agar membuka sebagian akses, namun warga menolak tegas.
“Percuma negosiasi tanpa pemilik perusahaan. Kami minta polisi mundur dulu,” ujar salah satu warga dalam suasana yang tegang.
Penebangan Lahan Pemicu Utama
Menurut Syahrurrazi, Kasi Pemerintahan Suka Tani, pemicu terbesar adalah penebangan lahan masyarakat yang berbatasan dengan kebun perusahaan.
“Pohon masyarakat ditebang di Krueng Cut. Setelah kami cek ke BPN, itu jelas bukan lahan PT Blang Keutumba. Itu wilayah gampong,” tegasnya.
Ia menilai perusahaan juga gagal membangun komunikasi yang baik.
“Mereka malah menyurati warga secara individu. Padahal ada kantor desa yang seharusnya menjadi pintu komunikasi,” tuturnya.
Janji Limbah dan Kesempatan Kerja Tak Dipenuhi
Warga mengungkap serangkaian keluhan lama yang tidak ditindaklanjuti perusahaan, termasuk janji pembangunan kolam limbah.
“Sampai sekarang tidak ada kolam limbah. Sungai mulai tercemar,” kata Syahrurrazi.
Kesempatan kerja bagi warga sekitar juga dinilai tidak berpihak pada masyarakat lokal.
“Kenapa pekerja luar lebih mudah diterima? Apakah pemuda di Suka Tani tidak punya kemampuan? Banyak lulusan sarjana di sini,” ujarnya dengan nada kecewa.
Pemecatan Ketua Pemuda Memperkeruh Situasi
Situasi memuncak setelah pemecatan Hendra, Ketua Pemuda Gampong, yang bekerja sebagai buruh bongkar sawit dari Truk.
Menurut Syahrurrazi, larangan bekerja disampaikan oleh seorang anggota TNI aktif yang disebut bertugas mengamankan lokasi.
“Katanya disuruh Ayi,” ungkapnya.
Hendra yang ditemui di lokasi mengaku dirinya sebelumnya justru diminta merawat kebun.
“Dulu saya diminta potong rumput, sekarang malah dilarang kerja. Semua karena saya mengungkap limbah sawit,” katanya.
Warga Juga Mendesak Janji Plasma
Selain persoalan lahan dan tenaga kerja, warga kembali menagih janji kemitraan plasma.
“Plasma itu kewajiban perusahaan. Jangan cuma sekedar janji janji ,” ujar Jasman.
Aktivitas Perusahaan Terhenti
Di depan pintu keluar perusahaan, deretan mobil pengangkut sawit tampak berhenti tanpa bisa bergerak. Semua akses ditutup rapat oleh kawat berduri dan pengawasan warga.
“Kami tidak akan membuka jalan sebelum manajemen perusahaan bertemu langsung dengan aparatur gampong kami,” tegas seorang warga lainnya.
Pintu Dialog Masih Terbuka
Meski situasi memanas, Keuchik Suka Tani, Ismail, menekankan bahwa warga tidak menutup peluang dialog secara kekeluargaan.
“Kami tetap ingin duduk bersama. Perusahaan harus menjelaskan semuanya. Kami ingin hubungan yang baik, tapi harus ada komitmen,” ujarnya.
Perusahaan Masih Bungkam
Hingga berita ini diterbitkan, tidak ada satu pun pernyataan resmi dari PT Blang Keutumba, sementara
nomor telphon yang disebut dimiliki “Bg Ayi”, salah satu pengelola perusahaan aktif, dan pesan WhatsApp yang dikirim belum mendapat balasanya.(Abd-72)

