Duka menyelimuti keluarga Alm. Syahrul

Aceh Tamiang – 1fakta.com

Di sebuah rumah sederhana di Gampong Sampaimah, Kecamatan Manyak Payed, suasana duka menyelimuti keluarga Syahrul Ramadhan. Tangis dan harap bercampur di wajah Mawaddah (39), kakak kandung Syahrul, yang masih menanti kabar kapan adiknya bisa dipulangkan dari Malaysia — meski hanya dalam peti jenazah.

Syahrul (34), anak ketiga dari enam bersaudara itu, tewas tragis dikeroyok oleh sekelompok orang di Bukit Jambul, Pulau Penang, Malaysia, pada Sabtu 2 Agustus 2025. Hingga hari ini, Senin (4/8/2025), belum ada satu pun perwakilan resmi dari pemerintah Indonesia yang datang memberikan kepastian.

“Kami tidak tahu harus mengadu ke siapa. Adik saya meninggal di negeri orang, tapi kami merasa seperti tidak punya negara yang membela,” ujar Mawaddah dengan mata sembab.

Tulang Punggung yang Pergi untuk Selamanya

Sejak sang ayah terserang stroke sepuluh tahun silam, Syahrul memilih merantau ke Malaysia. Ia bekerja tanpa dokumen resmi demi satu tujuan: menyambung hidup keluarga di kampung. Setiap bulan, ia rutin mengirim uang untuk kebutuhan rumah, obat ayahnya, dan biaya sekolah adik bungsunya.

“Terakhir kami video call malam Sabtu. Dia bilang lelah, tapi tetap semangat. Siang harinya, HP-nya sudah tak aktif lagi. Sorenya, kami dapat kabar dari sesama perantau kalau dia dikeroyok sampai meninggal,” kenang Mawaddah dengan suara lirih.

Kesepian di Negeri Orang, Ketidakadilan di Negeri Sendiri

Keluarga menyebut, saat kejadian berlangsung, banyak orang menyaksikan — namun tak satu pun menolong. Syahrul dibiarkan meregang nyawa di jalanan negeri orang, sementara Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda gerak cepat.

“Adik saya bukan kriminal. Dia hanya pekerja yang mencari sesuap nasi. Tapi kenapa diperlakukan seperti binatang? Dan sekarang, kenapa negara diam saja?” kata Mawaddah penuh getir.

Mereka berharap Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mendengar jeritan keluarga kecil dari Aceh ini. Mereka ingin keadilan, dan setidaknya, jenazah Syahrul bisa pulang untuk dimakamkan di tanah kelahiran.

Seruan kepada Presiden

“Kalau memang negara ini hadir untuk rakyatnya, maka sekarang waktunya. Kami mohon kepada Bapak Presiden Prabowo agar segera turun tangan. Jangan biarkan anak bangsa mati sia-sia di negeri orang,” pinta Mawaddah di tengah isak tangis keluarga.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Luar Negeri dan pihak Kedutaan Besar RI di Malaysia diminta segera bertindak. Tidak hanya untuk memulangkan jenazah, tetapi juga mengawal proses hukum agar pelaku pengeroyokan bisa ditangkap dan dihukum seadil-adilnya.

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari KBRI Kuala Lumpur ataupun Kemenlu terkait insiden ini.
(Mak Ita)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *