“Pulut lengkapi jeroh di kin lepat
Hanakati Pokat menet kin Hembodi”
Pribahasa daerah gayo, yang mengilustrasikan sebuah kerangka Pemikiran terkait perbandingan karakteristik sosok atau tokoh yang tepat sekaligus proporsional untuk jabatan puncak maupun strategis tepat nya.
Semua itu di tandai dengan fase- pengalaman nya di masyarakat sehingga mereka menjadikan situasi tersebut menjadi sebuah ikhtibar politik dan kebijaksanaan politik pencerdasan mendatang.
Rakyat yang bijak dan cerdas justru- semakin banyak belajar politik lewat pengalaman nya yang bergulir dari masa ke masama dengan apa yang terjadi dan mereka rasakan melalui azas perbandingan rasio(akal)psikologi Politik mereka sendiri.
Sedangkan istilah ” Pulut lengkawi” yang di gunakan dalam Pribahasa tersebut isyarat karakter jiwa besar yang melekat dalam diri seorang pemimpin sehingga di lambangkan dengan Pulut “lengkawi” beras yang memiliki unsur” rekat- “Berarti mengayomi mensejahterakan rakyat nya sedangkan beras juga lambang kesejahtraan dalam istilah ideologi Pancasila tujuan nya, berarti memimpin itu hasrat kuat mensejahterakan, menciptakan rasa aman dan keadilan untuk rakyat,Memakmurkan rakyat jiwa ini yang harus ada dalam setiap pemimpin setidak nya sudah tertanam dalam diri sosok atau tokoh yang akan di jagokan untuk pemimpin yang mereka pilih di Pemilukada mendatang dengan membaca rekam jejak sosial atau latar belakang di sebut juga Pilihan yang harus proporsional.
Berbeda hal nya dengan sosok atau tokoh yang menginginkan sebuah jabatan dengan berdagang janji politik yang hanya menjual mimpi dan angan kepada masyarakat demi nafsu jabatan.
“Di isitilah kan juga dalam pribahasa tersebut’ Hana kati pokat menet kin hembodi” Kule korenge nge mepat
Hana kati kule gewat mu bungei diri”
“Bila sudah ada pemimpin yang tepat dan teruji untuk apa mudah percaya kepada yang suka menjual janji”
Pen.Rahman Nur.
